Pijarku
Jakarta, 6 Oktober 2004   
Tuesday, May 31, 2005
Pijar Ikut Imunisasi Polio Massal
Hari ini, 31 Mei 2005, Pijar juga ikut imun polio massal di deket rumah. Pijar jadi favorit om dokter di sana. Abis lucu sih, ketawa2 dan senyum2 terus. Pijar ke sana dianter sama mbak. Abis dikasi tetes, Pijar ditandai tinta merah di tangannya. Katanya si mbak kayak kutek.
posted by Raditya Aditama @ 1:31 PM   0 comments
Monday, May 30, 2005
Pijar dan Manequin
Malem minggu kemaren aku, ayah, dan bunda maen ke tempat nenek enda di Pondok Kopi. Kebetulan ada kakek juga di sana (kakek lagi ada di Jakarta). Wah, pas ke sana Pijar lagi bete tuh..nangis terus padahal "temen" kamu kan ada di bawah pohon belimbing. Sempet bobok juga dia dan setelah bangun baru dia semangat 45 buat maen-maen..hahaha...

Sama enda, Pijar dikasi manequin-nya enda yang suka dipakein kerudung. Tiba2 kerudungnya melorot. Pijar pun tertawa terbahak2 hahahahahaha... Lucu kali ya..?? koq sama kayak gue botak juga??
posted by Raditya Aditama @ 8:52 AM   0 comments
Friday, May 27, 2005
Anakku
Teng,, aku menikah tanggal 6 Desember 2004, langsung masuk ke rumah kontrakan. What next? Anak, nah ini nih yang harus diberi prioritas. Kata orang2, menikah itu sudah menyelesaikan 1/2 dari seluruh ibadah, punya anak? itu sama dengan membeli tiket ke Surga.

Tidak ada pikiran lain, berdoa pada Allah biar dipercaya buat dititipi seorang anak. 2 bulan pernikahan jalan, alhamdullilah ternyata Allah percaya untuk menitipkan seorang anak kepada kami berdua.

Jalan 5 bulan si bayi mulai nendang2 perut bundanya, bolak-balik dalam kandungan bikin pusing bundanya. Berita yang paling menggembirakan ketika istriku kasih kabar bahwa bayinya berkelamin laki-laki. Wheee.... calon biker, kaya bapaknya.

Pas 8 bulan, kita mulai cari nama buat sang bayi, baca2 buku nama2 bayi, nggak ada yang pas, yah udahlah saling sumbang, bapak sumbang satu nama ibu juga sumbang satu nama. Bapak kasih nama Pijar, ibu kasih nama Syiffa, klop namanya Pijar Syiffa, kayanya ada yang kurang, tambahin deh biar lebih sip kasih Aditama, nama bapaknya. Nah kan enak ngebacanya Pijar Syiffa Aditama.

Tepat 9 bulan 10 hari tgl. 6 Oktober 2004 Pijar lahir, keluar dari kamar operasi langsung dibawa ngacir susternya. Woi tunggu woi gua bapaknya masa dicuekin? mau diazanin dulu biar nggak diganggu oleh setan. wah tuh suster cuek langsung turun ke bawah, wey jangan2 anak gua diculik. langsung kejar! ternyata di bawa ke kamar bayi biar anget, baru deh diazanin. bundanya? lupain dulu masih pingsan ini.

Perhatiin dulu anak gua ah, kok mukanya kaya emaknya sih? wak gawat dong, harusnya kaya bapaknya biar kerenan. ah mungkin nanti juga berubah. bener juga, jalan 4 bulan mukanya dah ngikut bapaknya horeee. pas tengkurap di foto, cocokin dengan foto bapaknya dulu masih bayi lagi tengkurap, weee sama oi..

Sekarang umur Pijar 8 bulan, heh, nakal, nggak bisa diem, makin cakep, kaya Ari Wibowo, putih. Tidurnya sama kaya ayah, muter2 kaya helikopter, kadang2 pas kita bangun dia udah nongkrong di bawah. Nih anak jatuh atau memang mimpi berjalan kali yak. Hah Pijar....kadang ayah nggak sabar, kapan kamu bisa jalan nak, bisa ngomong, biar bisa diajak jalan2 naek motor, he he he. Pijar, jangan berhenti ketawa ya, kasih ketawa yang paling manis keorang2 biar kamu dapat pahala.


Pijar, berikan cahayamu saat mata ayah mulai gelap.
Pijar, berikan hangatmu saat hati ayah mulai beku.
Pijar, berikan apimu saat semangat ayah mulai redup.

Anakku...
posted by Raditya Aditama @ 2:42 PM   0 comments
Thursday, May 26, 2005
Pijar dan Mbak Yani
Kek, nek... Alhamdulillah aku diasuh sama mbak yang baek banget. Mbak selalu menemaniku kala Bunda dan Ayah kerja. Mbak juga selalu menyuapiku. Membuatkan susu. Menggendongku dan memandikanku.
Kek, nek... Mbak juga selalu menemaniku kalo aku maen sama temen2ku di pagi hari. Biasanya aku pake stroller kalo jalan2 keliling kompleks. Setiap sore aku juga selalu maen sama mbak di depan rumah. Ada Mbah Uti, Kak Dian, Kak Amel, dan Bang Ichsan.
Temen2ku banyak deh... Aku sangat senang.
posted by Raditya Aditama @ 6:48 AM   0 comments
Monday, May 23, 2005
Pijar Pinter
Halo semua, Pijar sekarang udah bisa manjat kasurnya Bunda nih. Ngambil remote. Hah?? Iya lohh...
Mbaknya barusan telpon Bunda, Pijar kan lagi maen di karpet dan mbak lagi setrika. Eh pas diliat mbak, si Pijar udah naek ke kasur lohh.. Padahal kasurnya lumayan tinggi. Wow, anak Bunda pinter banget..Jadi deh tak belikan sepeda..hehe..
Dia manjat pengen ngambil maenan kesayangannya remote tipi. Nih sukro doyannya remote dan hp, mau jadi apa ya kamu???

Bunda yang sedang wow...seneng
posted by Raditya Aditama @ 2:25 PM   0 comments
Thursday, May 19, 2005

"Nama kamu siapa?" Sukro..."Oooo, sukro".... Posted by Hello
posted by Raditya Aditama @ 7:19 AM   0 comments

Pijar ceria...  Posted by Hello
posted by Raditya Aditama @ 7:18 AM   0 comments
Wednesday, May 18, 2005
Hati2 Bunda Lagi Flu
Bunda lagi diisolasi..
Bunda lagi flu...
Jangan sampe ketularan ya...
posted by Raditya Aditama @ 1:10 PM   0 comments
Tuesday, May 17, 2005

Pijar dan ayah. Seneng kamu yah digendong begitu?  Posted by Hello
posted by Raditya Aditama @ 8:27 AM   0 comments

Pijar dan ayah-bunda lagi bergaya di saung (di cianjur juga lohh). Posted by Hello
posted by Raditya Aditama @ 8:25 AM   0 comments

Pijar dan ayah-bunda waktu di Cirata-Cianjur. Asyik, difoto deket perahu. Posted by Hello
posted by Raditya Aditama @ 8:23 AM   0 comments

Ini waktu Pijar sakit. Masih sempet bergaya yah? Posted by Hello
posted by Raditya Aditama @ 8:21 AM   0 comments
Nenek Palembang Telepon
Kata Ayah, nenek telepon nanyain kamu udah bisa apa aja. Nek, Pijar kan udah bisa merangkak, duduk, dan merambat. O iya, aku juga suka menari lohh, aku biasanya menari dengan tanganku. Kalo Bunda bilang nang...ning....eee tanganku suka bergerak2 hehe...

Ayah, kapan Pijar ke Palembang? Iya ya, Bunda juga udah pengen ke sana tuh... katanya pengen makan pempek lenggang bakar di depan walikota, pengen shopping di Ilir Barat, ke Sungai Gerong lihat sekolah Ayah dulu...

Mudah-mudahan Juni kita jadi ke sana yah... Kan aku juga pengen naik pesawat Yah...

Pijar, palanya plontos kayak sukro....:D
posted by Raditya Aditama @ 7:25 AM   0 comments
Monday, May 16, 2005
Morning Dunia
Kerja lagi Ayah dan Bunda nih...
Jangan nakal yah!
Makan dan minum susunya yang banyak biar cepet gede.

Sun sayang...muahhhh
Ayah+Bunda
posted by Raditya Aditama @ 6:51 AM   0 comments
Friday, May 13, 2005
9 RASA TAKUT DAN CARA MENGATASINYA
Wajar jika batita memiliki rasa takut. Bentuknya juga macam-macam. Yang jelas, bila ia tak dibantu mengatasi ketakutannya, bisa mengalami fobia.
Ketakutan, kata dr. Ika Widyawati, SpKJ dari Bagian Psikiatri FKUI- RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, merupakan suatu keadaan alamiah yang membantu individu melindungi dirinya dari suatu bahaya sekaligus memberi pengalaman baru. Pada sejumlah batita, rasa takutnya masih sebatas pada hal-hal spesifik seperti takut pada anjing, gelap, atau bertemu orang asing.
Yang kerap terjadi, jelas psikiater ini, ketakutan anak justru muncul karena "ditularkan" orang tuanya. Karena takut pada sesuatu atau kondisi tertentu, "Tanpa sadar orang tua akan melarang anak dengan cara menakut-nakutinya." Misanya, "Awas ada kucing, nanti kamu dicakar!" Akibatnya, anak merasa terancam alias tidak aman setiap kali melihat kucing. Padahal, umumnya kucing hanya akan marah dan mencakar jika diganggu.
Bentuk ekspresi ketakutan itu sendiri bisa macam-macam. Biasanya lewat tangisan, jeritan, bersembunyi atau tak mau lepas dari orang tuanya. Untungnya, seperti dijelaskan Ika, rasa takut ini akan hilang dengan sendirinya seiring dengan berjalannya waktu. "Saat anak merasa aman dengan dirinya sendiri maupun lingkungannya, hilanglah rasa takut tadi. Tentu saja perlu dukungan orang tua."
Yang jadi masalah adalah bila rasa takut mengendap dan tak teratasi sehingga berpengaruh pada aktivitas sehari-hari anak. "Bahkan bisa mengarah jadi ketakutan yang bersifat patologis. Malah bisa fobia alias ketakutan berlebih karena pernah mengalami kejadian tertentu." Misalnya, gara-gara takut tikus, tiap kali melihat hewan itu, ia akan menjerit ketakutan. "Tapi umumnya jarang muncul pada anak batita, kok," jelas Ika. Berikut 9 jenis rasa takut yang kerap dialami batita dan tips mengatasi yang diberikan Ika.

1. TAKUT BERPISAH (SEPARATION ANXIETY)
Anak cemas harus berpisah dengan orang terdekatnya. Terutama ibunya, yang selama 3 tahun pertama menjadi figur paling dekat. Figur ibu, tak selalu harus berarti ibu kandung, melainkan pengasuh, kakek-nenek, ayah, atau siapa saja yang memang dekat dengan anak.
Kelekatan anak dengan sosok ibu yang semula terasa amat kental, biasanya akan berkurang di tahun-tahun berikutnya. Bahkan di usia 2 tahunan, kala sudah bereksplorasi, anak akan melepaskan diri dari keterikatan dengan ibunya. Justru akan jadi masalah bila si ibu kelewat melindungi/overprotektif atau hobi mengatur segala hal, hingga tak bisa mempercayakan anaknya pada orang lain.
Perlakuan semacam itu justru akan membuat kelekatan ibu-anak terus bertahan dan akhirnya menimbulkan kelekatan patologis sampai si anak besar. Akibatnya, anak tak mau sekolah, gampang nangis, dan sulit dibujuk saat ditinggal ibunya.Bahkan si ibu beranjak ke dapur atau ke kamar mandi pun, diikuti si anak terus. Repot, kan? Belum lagi ia jadi susah makan dan sulit tidur jika bukan dengan ibunya.
Cara Mengatasi:Jelaskan pada si kecil, mengapa ibu harus pergi/bekerja. Begitu juga penjelasan tentang waktu meski anak usia ini belum sepenuhnya mengerti alias belum tahu persis kapan pagi, siang, sore, dan malam serta pengertian mengenai berapa lama masing-masing tenggang waktu tersebut. Akan sangat memudahkan bila orang tua menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Semisal, "Nanti, waktu kamu makan sore, Ibu sudah pulang." Jika tak bisa pulang sesuai waktu yang dijanjikan, beri tahu anak lewat telepon. Sebab, anak akan terus menunggu dan ini justru bisa menambah rasa takut anak. Ia akan terus cemas bertanya-tanya, kenapa sang ibu belum datang

2. TAKUT MASUK "SEKOLAH
"Bukan soal mudah melepas anak usia batita masuk playgroup. Sebab, ia harus beradaptasi dengan lingkungan barunya. Padahal, tak semua anak bisa gampang beradaptasi. Dari pihak orang tua, tidak sedikit pula yang justru tak rela melepas anaknya "sekolah" karena khawatir anaknya terjatuh kala bermain atau didorong temannya.
Cara Mengatasi:Orang tua tetap perlu mengantar anak ke "sekolah" karena ini menyangkut soal pembiasaan. Kalaupun di hari-hari berikutnya ada sekolah-sekolah yang bersikap tegas hanya membolehkan orang tua menunggu di luar, sampaikan informasi ini pada anak. Guru pun harus bisa menarik perhatian anak agar tidak terfokus pada ketiadaan pendampingan orang tuanya dengan bermain. Di saat asyik bermain dengan teman-temannya niscaya ia akan lupa.

3. TAKUT PADA ORANG ASING
Di usia-usia awal, anak memang mau digendong/dekat dengan siapa saja. Namun di usia 8-9 bulan biasanya mulai muncul ketakutan atau sikap menjaga jarak pada orang yang belum begitu dikenalnya. Ini normal karena anak sudah mengerti/mengenali orang. Ia mulai sadar, mana orang tuanya dan mana orang lain yang jarang dilihatnya.
Cara MengatasiDi usia batita seharusnya rasa takut pada orang asing sudah mulai berangsur hilang karena, toh, ia sudah bereksplorasi. Semestinya anak sudah memperoleh cukup pengetahuan untuk menyadari bahwa tak semua orang asing/yang belum begitu dikenalnya merupakan ancaman baginya.
Biasanya, justru karena orang tua kerap menakut-nakuti, sehingga anak bersikap seperti itu. "Awas, jangan deket-deket sama orang yang belum kamu kenal. Nanti diculik, lo!" Memang boleh-boleh saja orang tua menasehati anak untuk berhati-hati/bersikap waspada pada orang asing, tapi sewajarnya saja dan bukan dengan cara menakut-nakutinya.

4. TAKUT PADA DOKTER
Mungkin pernah mengalami hal tak mengenakkan seperti disuntik, anak jadi takut pada sosok tertentu. Belum lagi kalau orang tua rajin "mengancam" setiap kali anak dianggap nakal. "Nanti disuntik Bu Dokter, lo, kalau makannya enggak habis!" atau "Nanti Mama bilangin Pak Satpam, ya! Cara Mengatasi:Izinkan anak membawa benda atau mainan kesayangannya saat datang ke dokter sehingga ia merasa aman dan nyaman. Di rumah, orang tua bisa membantunya dengan menyediakan mainan berupa perangkat dokter-dokteran. Biarkan anak menjalani peran dokter dengan boneka sebagai pasiennya. Secara berkala ajak anak ke dokter gigi untuk menjaga kesehatan giginya. Tak ada salahnya juga mengajak dia saat orang tua atau kakak/adiknya berobat gigi. Dengan begitu anak memperoleh infomasi bagaimana dan ke mana ia harus pergi untuk menjaga kesehatan giginya. Lambat laun ketakutannya pada sosok dokter justru berganti menjadi kekaguman.

5. TAKUT HANTU
"Hi, di situ ada hantunya. Ayo, jangan main di situ!" Gara-gara sering diancam dan ditakuti seperti itu, batita yang sebetulnya belum mengerti sama sekali tentang hantu, jadi tahu dan takut. Bisa juga karena ia menonton film horor di televisi.
Cara Mengatasi:Jauhkan anak dari tontonan tentang hantu. Orang tua pun seyogyanya jangan pernah menakut-nakuti anak hanya demi kepentingannya. Bisa pula dengan membelikan buku-buku cerita atau tontonan anak mengenai karakter hantu atau penyihir yang baik hati.

6. TAKUT GELAP
Biasanya juga gara-gara orang tua. "Mama takut, ah. Lihat, deh, gelap, kan?" Takut pada gelap bisa juga karena anak pernah dihukum dengan dikurung di ruang gelap. Bila pengalaman pahit itu begitu membekas, bukan tidak mungkin rasa takutnya akan menetap sampai usia dewasa. Semisal keluar keringat dingin atau malah jadi sesak napas setiap kali berada di ruang gelap atau menjerit-jerit kala listrik mendadak padam.
Cara Mengatasi:Saat tidur malam, jangan biarkan kamarnya dalam keadaan gelap gulita. Paling tidak, biarkan lampu tidur yang redup tetap menyala. Cara lain, biarkan boneka atau benda kesayangannya tetap menemaninya, seolah bertindak sebagai penjaganya hingga anak tak perlu takut.

7. TAKUT BERENANG
Sangat jarang anak usia batita takut air. Kecuali kalau dia pernah mengalami hal tak mengenakkan semisal tersedak atau malah nyaris tenggelam saat berenang hingga hidungnya banyak kemasukan air.
Cara Mengatasi:Lakukan pembiasaan secara bertahap. Semisal, awalnya biarkan anak sekadar merendam kakinya atau menciprat-cipratkan air di kolam mainan sambil tetap mengenakan pakaian renang. Bisa juga dengan memasukkan anak ke klub renang yang ditangani ahlinya. Atau dengan sering mengajaknya berenang bersama dengan saudara/teman-teman seusianya. Tentu saja sambil terus didampingi dan dibangun keyakinan dirinya bahwa berenang sungguh menyenangkan, hingga tak perlu takut. Kalaupun anak tetap takut, jangan pernah memaksa apalagi memarahi atau melecehkan rasa takutnya. Semisal, "Payah, ah! Berenang, kok, takut!"

8. TAKUT SERANGGA
Tak sedikit anak yang takut pada jangkrik, kecoa atau serangga terbang lainnya. Sebetulnya ini wajar, hingga orang tua jangan tambah menakut-nakutinya, "Awas, nanti ada kecoa, lo." Hendaknya justru bisa memahami karena anak usia ini mungkin saja menemukan banyak hal yang dapat membuatnya takut.
Cara Mengatasi:Boleh saja orang tua memberi pengenalan tentang alam binatang pada anak. Tak perlu kelewat detail seperti halnya profesor memberi kuliah. Tugas orang tua sebatas memahami ketakutan anak sekaligus membantunya merasa aman. Boleh saja katakan, "Ayah tahu kamu takut jangkrik." Cukup segitu dan jangan paksa anak berada terus-menerus dalam pembicaraan mengenai rasa takutnya. Jangan pula memaksa anak bersikap sok berani menghadapi ketakutannya. "Belum saatnya mencobakan anak melihat atau malah menyentuhkan serangga yang ditakutinya. Ini hanya akan membuat anak semakin takut." Bila dipaksakan terus, anak malah bisa fobia pada serangga. Biarkan anak tertarik dengan sendirinya dan biasanya ini terjadi setelah anak berusia 2 tahunan. Jika anak memang takut kala ada serangga yang terbang di dekatnya, bantulah untuk mengusirnya bersama.

9. TAKUT ANJING
Wajar anak batita takut anjing mengingat penampilan binatang ini memang terkesan galak dengan gonggongan dan tampang yang garang. Belum lagi kebiasaannya suka melompat, menjilat atau malah mengejar. Tugas orang tualah untuk memahami sekaligus membantu anak mengatasi ketakutannya.
Cara Mengatasi:Tak harus memaksa anak memelihara anjing atau mendorong anak menghadapi rasa takutnya dengan terus-menerus memberi 'ceramah', semisal "Ngapain, sih, takut sama anjing. Anjingnya, kan, baik." Menihilkan ketakutan anak justru akan membuat anak semakin takut dan bukan tidak mungkin akhirnya malah berkembang jadi fobia yang sulit diatasi.
Bila anak memang takut dan ketika berjalan bertemu anjing, pegangi tangannya untuk meyakinkannya ia bisa aman melewati binatang yang ditakutinya bersama orang tuanya. Jangan lupa untuk tetap menjaga jarak aman dari temperamen binatang yang relatif sulit diduga. Bisa juga dengan menunjukkan keakraban antara anjing sebagai hewan peliharaan dengan majikannya lewat cerita/dongeng. Atau kenalkan pada anjing tetangga dan tak ada salahnya meminta si pemilik memperlihatkan bagaimana menjalin keakraban dengan anjingnya tanpa harus merasa takut.

Sumber: www.balita-anda.com
posted by Raditya Aditama @ 10:23 AM   0 comments
TANDA-TANDA BAYI CAPEK, KEGERAHAN DAN KEDINGINAN
Untuk melihat ketiga hal di atas memang tidak mudah, tapi jika kita sudah tahu cirinya, jadi mudah, kok. Menghadapi seorang bayi, orang tua memang kerap dibuat bingung dan serbasalah. Pasalnya si bayi belum bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan atau apa yang dia inginkan dengan bahasa yang kita pahami. Mereka hanya bisa menangis atau bersikap rewel
Alhasil, kalau si kecil menangis dan popoknya tidak basah, maka kita menduga ia lapar atau sekadar manja. Padahal belum tentu, lo. Bisa saja dia menangis karena kedinginan, kegerahan, atau kecapekan.
Seperti diakui dr. Anna Tjandrajani, Sp.A. dari RSAB Harapan Kita, Jakarta, memang tak banyak orang tahu ciri bayi kedinginan, kegerahan, atau kecapekan. "Akan tetapi, kalau kita tahu ciri-cirinya, maka mudah saja, lo, mendeteksinya." Untuk itu, ia pun bersedia membeberkan "rahasianya" kepada kita.

BAYI KEGERAHAN
Kita juga sering salah mendeteksi suhu badan anak yang meningkat. Disangka sakit, tak tahunya cuma kegerahan. Adapun penyebab anak kegerahan, menurut Anna, lebih banyak dipengaruhi faktor lingkungan, seperti kurang ventilasi, cuaca di luar sedang terik, ruangan sempit, atau cahaya yang masuk ke ruangan berlebihan.
* Ciri-cirinya:
1. Anak mulai gelisah.2. Kulit anak mulai memerah atau melegam dari sebelumnya.3. Berkeringat, baik di dahi, kepala, dan ketiak. Bajunya juga basah.4. Kulit di bagian lain tubuhnya jadi kering.5. Bibirnya juga kering.
* Penanganan:
Kalau tidak cepat ditangani, anak bisa mengalami dehidrasi. Inilah langkah-langkah penanggulangannya:
1. Jauhkan anak dari sumber panas, dan dinginkan udara ruangan. Kalau sedang berada di bawah terik matahari, segeralah berteduh. Jika sedang berada di dalam ruangan tertutup yang kurang ventilasi, misalnya di dalam mobil yang tak berpendingin udara, ajak anak keluar dari kendaraan.
2. Lepaskan selimut anak. Juga sebaiknya bayi tidak dibedong. "Takutnya, karena terbiasa dibedong, maka ketika segala sesuatu yang menutupi tubuhnya dilepas, anak malah menggigil." Jika hal itu benar terjadi, waspadalah. Mungkin, suhu yang meningkat itu merupakan demam.
3. Pakaikan baju bayi yang sesuai untuk iklim tropis, seperti katun atau bahan-bahan yang menyerap keringat. Gantilah secepat mungkin baju bayi yang basah oleh keringat.
4. Setelah itu, ukur suhu anak dengan termometer. Jika hasilnya menunjukkan angka 36-37,5 derajat Celcius, berarti ia masih normal. Jika lebih dari 37,5 derajat Celcius, kemungkinan anak demam. Jika sampai 39 derajat Celcius berarti dia sudah demam tinggi, apalagi jika sampai 40 derajat Celsius lebih, bisa jadi dia mengalami hipertermia..
5. Untuk membedakan gerah dengan sakit, cara praktisnya adalah dengan meraba badan anak, apakah suhu tubuhnya sama atau lebih tinggi dari tubuh kita. "Tapi cara ini tetap tidak menjamin. Paling tepat, ukur dengan termometer," anjur Anna.

BAYI KECAPEKAN
Kita pun perlu mengetahui ciri bayi yang mengalami kelelahan. Biasanya ini terjadi bila kualitas tidurnya kurang, terlalu sering digendong, atau terlalu lama bermain. Menurut Anna, umumnya anak yang mengalami kecapekan pasti akan tidur dengan sendirinya. Namun demikian, hal itu bisa dilihat secara lebih menyeluruh.
* Ciri-cirinya:
1. Bayi rewel. Bila setelah diajak berjalan-jalan dan diteteki tetap rewel, bisa jadi anak itu kecapekan. Tenangkan dia dengan cara membuatnya nyaman, supaya dia bisa tertidur dengan pulas. Mungkin juga dia mencari tempat tidur.
2. Tatapan matanya sayu, tidak bergairah, atau layu. Namun, menurut Anna, ciri ini tidak selalu menjamin bahwa si bayi memang kecapekan. Bisa jadi ia sedang sakit. Karena itulah pahami betul anak kita secara baik. Periksa selalu kondisi fisik dan suhu tubuhnya, termasuk fesesnya. Jika kita curiga, cepatlah bawa ke dokter. Harus diingat, terlalu sering kecapekan akan menurunkan daya tahan tubuh dan kemudian mengundang penyakit.

BAYI KEDINGINAN
* Ciri-cirinya pada bayi baru lahir/neonatus
1. Anak menggigil, walau biasanya ciri ini tak mudah terlihat pada bayi kecil.
2. Kulit anak terlihat belang-belang, merah campur putih atau timbul bercak-bercak.
3. Anak terlihat apatis atau diam saja.
4. Lebih parah lagi, anak menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir dan ujung jari-jarinya.
5. Jika hal tersebut tetap saja dibiarkan, anak bisa berhenti bernapas.
6. Puncaknya, anak bisa terkena hipotermia dan meninggal.
Namun, orang tua tak perlu terlalu khawatir. Biasanya, indikasi pertama sudah bisa terlihat oleh perawat maupun dokter yang kemudian menanganinya dengan mengambil tindakan penghangatan atau heatradian (disinar oleh cahaya lampu biasa dan diselimuti). Kalau perlu dengan menggunakan kasur penghangat.
"Sekalipun begitu, untuk memastikan, sebaiknya bayi langsung diukur suhu badannya dengan termometer. Kalau angkanya di bawah 35 derajat Celcius, berarti anak terkena hipotermia, sebab suhu normal manusia adalah 36-37,5 derajat Celcius," ujar Anna.
* Untuk bayi di atas 1 bulan
Sekalipun kini bayi sudah lebih kuat dibandingkan sebelumnya, jika suhu lingkungan begitu rendah dan tidak membuatnya nyaman, kemungkinan besar si anak juga kedinginan. Ciri-cirinya, menurut Anna, ada yang bisa dideteksi secara kasat mata, ada juga yang mesti dengan perabaan.
1. Yang bisa dideteksi secara kasat mata:
Kondisi bayi tak jauh berbeda dari bayi neonatus yang kedinginan. Cirinya:
1. Ia cenderung diam saja.2. Kulit anak terlihat belang-belang, merah campur putih atau berbercak-bercak.3. Anak menjadi biru dengan ciri, bibir dan ujung jari-jarinya membiru. Jika dibiarkan, anak bisa berhenti bernapas. Puncaknya, anak bisa mengalami hipotermia. Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kematian. "Hanya saja kalau bayi neonatus akan lebih cepat birunya. Sementara pada bayi yang lebih besar akan agak lama perubahannya," ujar Anna.
2. Yang bisa dideteksi dengan perabaan
1. Tangan dan telapak tangannya terasa dingin, begitu juga telapak kakinya.2. Tubuhnya lebih dingin dari tubuh kita. Untuk memastikannya, periksalah dengan termometer yang dipasang di anus.
Atasi kedinginan ini dengan memberinya selimut. Hangatkan pula suhu lingkungan atau ruangan dimana bayi berada. Bisa dengan mematikan AC atau menghangatkan tubuh anak dengan lampu 60 watt yang ditempatkan di atas tempat tidurnya. Jaraknya kurang lebih 1,5 meter dari tubuh anak.
Peluklah anak dengan kasih sayang, "Malah inilah cara yang terbaik," kata dokter yang berpraktek juga di Klinik Anakku Cinere. Hanya saja, saat tidur lebih baik anak dihangatkan dengan lampu. Jauh lebih baik lagi jika kasur anak pun menggunakan penghangat. Jika suhu tubuhnya tak kunjung normal, segeralah bawa si kecil ke dokter terdekat.

Sumber: www.balita-anda.com/NAKITA
posted by Raditya Aditama @ 10:19 AM   0 comments
Akhir Minggu yang Asyik
Weekend telah tiba.
Ayah dan Bunda libur kerja.
Saatnya denganmu seharian...
Melihat tingkah lakumu yang semakin lucu dan menggemaskan.

Oh iya, Bunda hari ini mendapat kabar yang bagus dari Tante Kiki. Tante saat ini sudah hamil 6 minggu. Oh senengnya Bunda... Pijar, kamu nanti akan dapat sepupu baru lagi selain Bang Apip. Kita doakan Tante Kiki mudah-mudahan sehat dan lancar ya dalam kehamilannya.
posted by Raditya Aditama @ 9:35 AM   0 comments
Thursday, May 12, 2005
Pijar dan Daffa
Sekarang, kalau Pijar jalan-jalan pagi punya temen loh, namanya Daffa. Daffa sih baru 9 bulan tapi badannya gak jauh beda sama Pijar yang baru 7 bulan. Mereka punya nasib yang sama, belum tumbuh gigi hehe... Iya nih, kasian kan kamu, belum bisa makan burger, makan bakso, makan yammie, dan semua makanan kesukaan Ayah-Bunda.
posted by Raditya Aditama @ 9:36 AM   0 comments
Wednesday, May 11, 2005
Lega Akhirnya...
Akhirnya deadline Bunda edisi ini kelar juga dek... Setelah melewati berbagai masalah. Tinggal menunggu lagi deadline edisi-edisi berikutnya.
posted by Raditya Aditama @ 4:46 PM   0 comments
Monday, May 09, 2005
Pijar Botak Lindri
Ayah kemaren botakin kamu nak...hahaha...semakin bolenang aja kamu. Botak lindri..botak lindri..ayah julukin kamu begitu. Tambah kayak shaolin ajah deh...

Pijar dicukur saat lagi bobo. Memang itu waktu yang tepat karena semua pasti pada tau. Kalo Pijar itu gak bisa diem. Nyenyak banget bobonya, mungkin serasa dielus-elus kali ya kepalanya. Padahal....??? Ada pisau cukur di kepalamu nak...hahahaha... Kau tertipu...Kau tertipu...
posted by Raditya Aditama @ 11:18 AM   0 comments
Friday, May 06, 2005
Susu Naik...Susu Naik...
Wahai ibu-ibu sekalian, harga susu bayi naik. Giat-giatlah menabung demi susu anak kita.
posted by Raditya Aditama @ 2:42 PM   0 comments
Hari-hari Bersama Pijar
Libur nih kerja. Bunda bisa seharian sama Pijar di rumah. Biasa tiap pagi, bangun, solat, terus siapin air mandi siapin makanan, susu, etc buat Pijar. Iyaaaa, waktunya Pijar mandi. Wah, sekarang kalo mandi pasti airnya muncrat ke mana-mana. "Ya, ayo udah mandinya nak, sekarang kita pake baju". Pake baju juga pake acara kejar2an dulu soalnya Pijar itu anaknya gak bisa diem. Pasti apa aja yang ada di sekitar dia dikejarnya dan diraihnya. Wah, Bunda jadi gotong royong deh sama Ayah buat maksa kamu pake baju:D

Abis itu waktunya makan pagi....

Wah, sama aja Pijar juga gak bisa diem. Dia makan suka sambil berguling-guling dan merangkak. Ujar Bunda, "Wah, kalo ada Pijar laen satu orang lagi di rumah ini, asik kali ye:D:D". Iya, betapa repotnya Bunda hehehe....

Makanya, bagi para anak-anak...cintailah Bundamu karena Bunda adalah seorang pahlawan keluarga. Pokonya gw bangga deh jadi Bundanya pijar....

Hidup Bunda Renny....Hidup Bunda Renny...!!!!
posted by Raditya Aditama @ 2:29 PM   0 comments
Monday, May 02, 2005
Pijar dan Spiderman
Hahahaha...Pijar abis beli baju dapet hadiah lohh...Apa coba hadiahnya tebak?? Pijar dapet boneka Spiderman yang bisa ngomong "Tohir...Tohir.." Eh salah "Fire...Fire..." hehehe...uh senengnya. tadi pagi katanya mbak, boneka itu udah gak bisa ngomong lagi. Wah, diapain ya sama Pijar?? Asal jangan kayak Bang Apip aja yah, beli maenan dipake langsung rusak. Cari uang emangnya mudah ya???
posted by Raditya Aditama @ 1:19 PM   0 comments
Pijar Bisa Merangkak
Berhasil, berhasil, berhasil, horeeeee.... Pijar udah bisa merangkak lohh... agak telat sih tapi gpp kan? :-P Iya nih, dengan sekuat tenaga aku belajar supaya cepat bisa merangkak. Dan Ayah sama Bunda biar seneng melihatku. O iya, mbak juga dink. Mbak harus jaga ekstra nih abisnya aku kan gak bisa diem. Semua barang diacak2, sampe majalah Bunda juga dirobekin abis. Hiks... Yah gimana lagi, kan Pijar amsih salam tahap belajar. Iya gak?
posted by Raditya Aditama @ 1:15 PM   0 comments
Free Web Site Counter



We Joined Blogfam

Previous Post
Archives
Special
Friends
Reference
Chat Here!

Name :
Web URL :
Message :
smileys